
Apakah kamu merasa selalu ingin bekerja tanpa henti dan sulit untuk mengambil waktu istirahat? Atau mungkin, kamu cenderung gelisah saat jauh dari pekerjaan dan merasa bersalah jika tidak produktif? Jika iya, bisa jadi kamu termasuk seorang workaholic atau pekerja keras.
Pengertian Workaholic
Menurut Mechlowitz dalam bukunya “Workaholics: Living with Them, Working with Them”, workaholic adalah orang yang mengalami kecanduan bekerja. Mereka cenderung memiliki dorongan kuat untuk bekerja dengan durasi panjang dan intensitas tinggi. Bahkan melampaui batasan yang biasanya diterapkan dalam pekerjaan untuk memenuhi “pendapatan psikis” seperti tanggung jawab, pengakuan, dan peluang berprestasi.
Perbedaan Workaholic dan Pekerja Keras
Banyak yang sulit membedakan dengan pekerja keras, namun keduanya memiliki perbedaan mendasar. Seorang pekerja keras bekerja keras tetapi tetap mengatur waktu untuk diri sendiri dan orang-orang terdekatnya. Sebaliknya, seorang workaholic cenderung tidak mampu memisahkan diri dari pekerjaan dan mengabaikan aspek kehidupan lainnya.
Ciri-Ciri Workaholic
1. Pekerjaan Menjadi Segalanya
Pekerjaan selalu menjadi prioritas, bahkan dibandingkan dengan keluarga atau teman. Mereka sering kali lebih suka menghadapi tantangan di tempat kerja daripada bersosialisasi.
2. Waktu Kerja Panjang dan Tidak Terbatas
Seorang workaholic biasanya bekerja lebih dari 10 jam sehari dan sulit meninggalkan pekerjaan meskipun berada di luar jam kerja.
Ciri-Ciri Pekerja Keras
1. Masih Menjaga Work-Life Balance
Pekerja keras menyelesaikan pekerjaannya dengan batas waktu wajar dan tetap mengutamakan hubungan dengan orang lain.
2. Jam Kerja Teratur
Mereka bekerja sesuai jam kerja yang sudah ditentukan. Biasanya dari pukul 9.00 hingga 16.00, lalu menggunakan waktu di luar itu untuk istirahat dan bersantai.
Tanda-Tanda Seorang Workaholic
Untuk mengenali berikut beberapa tanda yang dapat dijadikan acuan:
1. Tidak Pernah Puas dengan Pekerjaan
Merasa bahwa waktu yang dimiliki untuk bekerja selalu kurang dan tidak pernah cukup untuk menyelesaikan tugas yang ada. Mereka cenderung menghabiskan waktu istirahat, bahkan waktu pribadi, untuk menyelesaikan pekerjaan yang mungkin bisa ditunda atau tidak mendesak. Mengorbankan kesempatan untuk beristirahat dan mengisi energi yang sebenarnya sangat dibutuhkan.
2. Kehidupan Pribadi dan Pekerjaan Tidak Seimbang
Orang yang workaholic biasanya sulit menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Pekerjaan selalu menjadi prioritas utama, sehingga waktu untuk keluarga, teman, atau sekadar menikmati waktu luang sering kali terabaikan. Akibatnya, hubungan sosial dan kebahagiaan pribadi kerap terpengaruh.
3. Merasa Tidak Nyaman Jika Tidak Bekerja
Workaholic sering merasa gelisah atau tidak nyaman ketika tidak bekerja. Perasaan ini menyebabkan mereka sulit merasa rileks bahkan dalam waktu-waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat. Sering kali, rasa tidak nyaman ini juga muncul dalam bentuk kecemasan dan rasa bersalah, seolah-olah ada kewajiban yang belum terpenuhi jika mereka tidak bekerja.
4. Tidak Memiliki Ketertarikan Selain Pekerjaan
Ketertarikan dan motivasi utama seorang workaholic biasanya hanya berkisar pada pekerjaan mereka. Kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan, seperti hobi atau aktivitas sosial, sering diabaikan. Hanya pekerjaan yang membuat mereka merasa produktif dan berarti.
5. Pola Tidur yang Berantakan
Karena pekerjaan selalu ada dalam pikiran mereka, workaholic sering mengalami gangguan tidur. Mereka mungkin terjaga hingga larut malam untuk menyelesaikan tugas atau merasa sulit tidur karena memikirkan pekerjaan yang masih harus dilakukan. Kebiasaan ini berpotensi mengganggu kesehatan secara keseluruhan, karena tidur yang berkualitas sangat penting untuk pemulihan fisik dan mental.
6. Mengabaikan Kesehatan
Seorang workaholic sering mengabaikan kebutuhan dasar tubuh, seperti makan secara teratur, tidur yang cukup, dan berolahraga. Mereka mungkin melewatkan waktu makan, terbiasa makan di meja kerja, atau bahkan sering begadang. Akibatnya, mereka rentan terhadap berbagai masalah kesehatan fisik maupun mental, seperti kelelahan, depresi, gangguan kecemasan, dan masalah tidur. Tubuh dan pikiran yang tidak sehat akan berdampak langsung pada kualitas pekerjaan dan kehidupan secara keseluruhan.
Cara Mengatasi Kebiasaan Workaholic
Jika kamu merasa memiliki tanda-tanda workaholic, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya dan menjaga keseimbangan hidup:
1. Menentukan Skala Prioritas
Buatlah daftar prioritas pekerjaan berdasarkan urgensi dan dampaknya. Selesaikan tugas penting terlebih dahulu dan beri waktu untuk beristirahat di sela-sela pekerjaan.
2. Mengambil Cuti Kerja
Jangan ragu untuk memanfaatkan hak cuti saat merasa jenuh atau stres. Waktu istirahat ini penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik.
3. Mengatur Waktu dan Batasan Jam Kerja
Batasi jam kerja, misalnya berhenti bekerja tepat pada jam pulang, untuk memastikan kamu punya waktu beristirahat dan berkumpul dengan keluarga.
Kesimpulan
Workaholic merupakan kondisi di mana seseorang kecanduan kerja hingga mengabaikan aspek-aspek lain dalam hidupnya. Seperti misalnya kesehatan, keluarga, dan waktu istirahat.
Workaholic berbeda dengan pekerja keras, karena seorang workaholic cenderung tidak bisa berhenti memikirkan pekerjaan. Bahkan di luar jam kerja, serta sering mengorbankan keseimbangan hidupnya. Mengenali tanda-tanda workaholic adalah langkah pertama untuk menghindari dampak negatifnya. Jika kamu merasa memiliki tanda-tanda tersebut, cobalah untuk menetapkan prioritas, mengambil waktu istirahat, mengatur batasan jam kerja, dan mengelola stres dengan lebih baik.



