
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) merupakan salah satu kegiatan penting di awal tahun ajaran baru. Tahun 2025, MPLS kembali dilaksanakan di seluruh satuan pendidikan di Indonesia dengan pendekatan yang semakin inklusif dan berorientasi pada perkembangan karakter siswa. Mengusung tema “MPLS Ramah”, kegiatan ini dirancang untuk mengenalkan lingkungan sekolah secara menyenangkan, edukatif, serta bebas dari segala bentuk kekerasan atau perpeloncoan.
Apa Itu MPLS Ramah?
MPLS Ramah adalah kegiatan pengenalan sekolah yang mengutamakan hak anak dan nilai-nilai pendidikan, serta menolak perlakuan merendahkan secara fisik maupun psikis. Pendekatan ini menciptakan suasana belajar yang aman dan mendukung pembentukan karakter.
Melalui MPLS, siswa baru mengenal lingkungan sekolah sekaligus nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila seperti kemandirian, gotong royong, bernalar kritis, dan keberagaman. Tujuannya adalah membantu siswa beradaptasi secara positif dan membangun relasi yang sehat di sekolah.
Tujuan dan Manfaat MPLS 2025
MPLS 2025 tidak sekadar kegiatan seremonial di awal tahun ajaran. Berikut adalah beberapa tujuan dan manfaat utamanya:
- Mengenalkan siswa pada lingkungan sekolah, baik secara fisik maupun sosial.
- Membangun kedekatan antara siswa dengan guru, staf sekolah, dan teman sekelas.
- Menanamkan nilai-nilai karakter sejak hari pertama sekolah.
- Menumbuhkan rasa aman, nyaman, dan antusiasme dalam proses belajar.
Komponen Utama dalam Pelaksanaan MPLS Ramah
Untuk mendukung proses transisi siswa baru secara menyeluruh, berikut adalah elemen penting dalam pelaksanaan MPLS Ramah:
1. Kegiatan Pembuka Tahun Ajaran
MPLS 2025 menjadi pintu gerbang pertama bagi peserta didik dalam memulai perjalanan akademiknya di jenjang baru. Pada tahap ini, siswa diperkenalkan dengan sistem pembelajaran yang akan dijalani, termasuk struktur jadwal, metode pengajaran, serta peraturan dan tata tertib sekolah. Harapannya, siswa bisa lebih cepat beradaptasi dan memiliki gambaran utuh tentang rutinitas sekolah sejak hari pertama.
2. Penanaman Karakter dan Profil Pelajar Pancasila
Melalui pendekatan tematik dan aktivitas yang menyenangkan, siswa diajak memahami nilai-nilai utama dari Profil Pelajar Pancasila, seperti beriman dan bertakwa, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, serta berkebinekaan global.
Kegiatan ini biasanya diwujudkan dalam bentuk pertemuan pagi, sesi refleksi, serta pembiasaan perilaku positif yang dilakukan secara konsisten. Penanaman karakter ini menjadi pondasi penting dalam membangun kepribadian yang kuat sejak dini.
3. Pengenalan Warga Sekolah
Peserta didik tidak hanya diperkenalkan kepada guru sebagai pengajar, tetapi juga kepada kepala sekolah, staf administrasi, dan teman-teman sekelas. Interaksi ini bertujuan membangun rasa saling mengenal, menciptakan suasana yang akrab, dan menumbuhkan kepercayaan diri siswa dalam bersosialisasi. Relasi yang baik dengan warga sekolah turut memperkuat iklim pembelajaran yang sehat dan suportif.
4. Pengenalan Kurikulum dan Budaya Sekolah
Setiap sekolah memiliki visi, misi, serta budaya yang unik. Melalui sesi ini, siswa akan memahami arah dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh sekolah, serta jenis kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang tersedia.
Tidak hanya itu, siswa juga diperkenalkan pada norma dan budaya sekolah, seperti kebiasaan berpakaian, etika berkomunikasi, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi sebagai bagian dari pembentukan karakter.
5. Pengenalan Fasilitas dan Lingkungan Sekitar
Agar siswa merasa lebih nyaman dan mandiri, sekolah akan mengajak mereka untuk mengenal berbagai fasilitas penting seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, ruang UKS, kantin, hingga tempat ibadah.
Selain itu, siswa juga dikenalkan dengan lingkungan sekitar sekolah, seperti puskesmas, kantor kelurahan, dan lokasi-lokasi strategis lainnya yang mungkin dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran atau kedaruratan. Pengenalan ini penting untuk menunjang proses belajar-mengajar yang lebih efisien dan aman.
Prinsip-Prinsip Pelaksanaan MPLS Ramah
Agar kegiatan berjalan optimal, pelaksanaan MPLS Ramah harus memenuhi enam prinsip utama:
- Ramah: Mengutamakan perlindungan hak anak dan kenyamanan emosional.
- Edukatif: Memberikan nilai dan pengalaman belajar yang relevan.
- Efektif dan Efisien: Menggunakan waktu dan sumber daya secara optimal.
- Inklusif: Tidak membedakan peserta didik berdasarkan latar belakang apa pun.
- Partisipatif: Melibatkan semua komponen sekolah termasuk komite dan orang tua.
- Fleksibel: Disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks lokal masing-masing sekolah.
Larangan dalam Pelaksanaan MPLS 2025
Untuk memastikan kegiatan berjalan sesuai dengan prinsip ramah anak, terdapat beberapa larangan yang perlu diperhatikan oleh pihak sekolah:
- Tugas yang Tidak Relevan: Kegiatan yang membebani secara fisik atau mental dan tidak berkontribusi pada proses pengenalan sekolah dilarang.
- Kekerasan Fisik dan Verbal: Segala bentuk perpeloncoan, hinaan, dan tekanan psikologis tidak boleh dilakukan.
- Aktivitas Tanpa Pengawasan Guru: Semua kegiatan harus berada di bawah tanggung jawab pendidik.
- Atribut yang Merendahkan: Penggunaan atribut yang mempermalukan siswa bertentangan dengan semangat MPLS Ramah.
Peran Orang Tua dalam Mensukseskan MPLS
Partisipasi orang tua sangat penting dalam mendukung keberhasilan MPLS. Melalui komunikasi yang baik dengan sekolah, memberikan dukungan moral, serta mempersiapkan kebutuhan anak, orang tua turut memastikan bahwa kegiatan MPLS berjalan lancar dan sesuai tujuan.
Kesimpulan
MPLS 2025 adalah lebih dari sekadar masa orientasi. Ini adalah fondasi awal pembentukan karakter, pengenalan budaya sekolah, dan penciptaan lingkungan belajar yang suportif.
Dengan pendekatan ramah anak yang terstruktur, serta dukungan dari seluruh ekosistem pendidikan termasuk orang tua, MPLS dapat menjadi langkah pertama yang bermakna dalam perjalanan akademik siswa.
Jika Anda ingin memperkuat transisi ini dengan program pendidikan tambahan yang relevan, fleksibel, dan terstruktur, LEAP English & Digital Class siap menjadi mitra Anda dalam mendukung perkembangan keterampilan anak di era digital.


