Tiap kali ada isu penting terkait perkembangan politik dan ekonomi dunia, topik yang dimasukkan dalam rekomendasi World Economic Forum (WEF) pasti menjadi hal yang ramai diperbincangkan di medsos. Contohnya, dalam sepuluh tahun yang akan datang, jenis pekerjaan apa saja yang masih bertahan di era kecerdasan artifisial dan skill untuk anak seperti apa saja yang dibutuhkan.
Anak-anak dan remaja adalah generasi penerus yang membutuhkan bimbingan dan arahan dari sekolah, orang tua, dan lembaga pendidikan untuk memproyeksikan masa depannya. Maka, isu yang dibicarakan dalam pertemuan World Economic Forum (WEF) ini perlu diperhatikan.
Apa Itu WEF dan Perannya di Dunia?
WEF adalah sebuah organisasi nirlaba internasional yang lokasinya ada di Jenewa, Swiss. Organisasi tersebut secara rutin menyelenggarakan pertemuan setiap tahun dengan mengundang para pimpinan bisnis dari berbagai bidang industri, tokoh politik, akademisi dan masyarakat untuk mendiskusikan topik yang berpengaruh secara regional hingga global.
Isu-isu penting yang didiskusikan oleh para tokoh di WEF ini tidak hanya berputar pada masalah ekonomi, tetapi juga mengerucut pada hal-hal yang harus dipersiapkan oleh semua orang di dunia yang ingin mengembangkan kariernya.
WEF berdiri pada 1971 dengan prinsip menjalankan misi dengan teori stakeholder (pemegang saham). Teori stakeholder ini tentunya bertujuan untuk memikirkan bagaimana bisnis bisa mendapatkan untung, tetapi juga tidak lupa untuk tetap mempedulikan pengaruhnya pada masyarakat luas.
Profesor Klaus Scwab, insinyur dan pakar ekonomi Jerman menjadi pendiri dari WEF. Ia memiliki pendapat jika forum di WEF yang melibatkan banyak orang dari berbagai bidang bisnis ini akan memberi oase untuk menyelesaikan konflik global dan mensosialisasikan cara terbaik dalam pengelolaan bisnis.
5 Skill yang Harus Dikuasai Anak untuk Masa Depan
Berikut ini beberapa skill yang perlu dipelajari oleh anak-anak agar tidak kalah bersaing di dunia yang semakin tipis batasannya.
1. Keterampilan Digital
Hidup di dunia serba teknologi menuntut anak-anak memiliki literasi digital yang baik. Mereka perlu mengenal fungsi dasar komputer, terbiasa menggunakan perangkat lunak, hingga memahami aplikasi-aplikasi yang banyak digunakan. persingkat kalimat ini tapi janganmeinggalkan maknanya
Lebih jauh lagi, kemampuan mengolah data, belajar koding, serta menyadari bagaimana teknologi memengaruhi masyarakat akan menjadi bekal penting ketika mereka terjun ke dunia kerja yang membutuhkan kemampuan digital.
AI tidak hanya digunakan sebagai satu-satunya alat untuk mempermudah pekerjaan. Anak-anak juga harus memiliki pemahaman dan wawasan mendasar terlebih dahulu baru menggunakan AI agar tidak menjadi manusia yang terlalu bergantung pada AI hingga kemampuan analitik serta kreativitasnya menurun.
2. Kreativitas
Kreativitas bukan hanya soal menggambar atau menulis. Di masa depan, anak yang bisa berpikir “di luar kotak” akan lebih mudah menemukan solusi baru, memperbaiki cara kerja, dan menciptakan nilai tambah di berbagai bidang.
Ketika lulusan perguruan tinggi masuk ke dunia kerja, banyak yang menjadi terpuruk atau gelisah karena susah dalam beradaptasi. Inisiatif, rasa ingin tahu, dan kemauan untuk belajar harus dimiliki. Maka, masa kanak-kanak ini perlu menjadi titik awal tentang bagaimana cara menghadapi masalah tidak terduga, menghadapi perbedaan pendapat, hingga keberanian untuk menyatakan opini.
3. Kolaborasi
Tidak ada yang bisa sukses sendirian. Anak-anak perlu belajar bagaimana bekerja sama dengan orang lain, baik secara langsung maupun dalam tim virtual.
Kolaborasi melibatkan kemampuan menyampaikan ide dengan jelas, mendengarkan pendapat orang lain, menyelesaikan konflik dengan bijak, dan bergerak menuju tujuan bersama. Semakin beragam latar belakang orang dalam sebuah tim, semakin penting pula kemampuan untuk beradaptasi.
4. Pemahaman Akan Masyarakat Global
Dunia saat ini semakin terhubung. Artinya, anak-anak perlu belajar memahami perbedaan budaya, bersikap terbuka, dan mampu bekerja dengan siapa pun dari berbagai belahan dunia. Mereka harus mengerti cara menumbuhkan empati, peka terhadap isu-isu sosial, serta merasa bertanggung jawab untuk membawa perubahan positif bagi lingkungannya.
Ajak mereka untuk menonton berita dalam bahasa asing dan jelaskan apa maksud dari berita tersebut. Anak-anak sekolah dasar juga perlu diberi paparan tentang isu seperti kelaparan dan masalah lingkungan hidup agar mereka belajar lebih peduli dengan kekurangan yang dimiliki orang lain. Orang tua dan sekolah bisa juga membuat acara sosial di panti asuhan misalnya agar anak-anak belajar langsung dari sekitar.
5. Kepedulian Lingkungan
Krisis iklim adalah tantangan nyata yang akan dihadapi generasi mendatang. Oleh sebab itu, anak-anak perlu dibekali kesadaran akan pentingnya menjaga bumi. Tentu saja aktivitas untuk peduli lingkungan ini bisa dimulai dari hal paling sederhana seperti memilah jenis sampah, membuat prakarya dari bahan daur ulang, dan memahami efek buruk membuang sampah sembarangan.
Semakin canggihnya teknologi terkadang membuat empati dan kepedulian terhadap satwa dan flora menjadi turut berkurang demi pembangunan industri.
Anak-anak yang akan menjadi tumpuan di masa depan perlu diperkenalkan dengan flora dan fauna yang ada di habitat dan terancam atau sudah mengalami kepunahan. Tujuannya agar ketika mereka dewasa nanti, setiap langkah akan didampingi dengan wawasan kehidupan berkelanjutan.
Kesimpulan
Lima skill untuk anak yang perlu dipelajari dan dikuasai sejak dini sesuai panduan WEF tidak hanya diterapkan di sekolah saja. Para pengajar di lembaga non-formal serta orang tua harus turut berpartisipasi dalam pendidikan karakter yang dibutuhkan.




