Inspirasi Bisnis dari Marvel Cinematic Universe

Share This Post

Film Avenger: Endgame mungkin sudah lama berlalu. Film yang dalam pemutaran perdananya mampu mengantongi 150 juta USD dalam semalam di Amerika saja itu menjadi penanda berakhirnya Marvel Cinematic Universe fase pertama. Orang-orang berbondong-bondong menyaksikan film (yang katanya) menjadi film penutup perjuangan Captain America, Iron Man, Hulk, Thor, dkk. Kesuksesan film besutan Marvel Studio ini tak lepas dari kerja keras orang-orang di balik layar. Tak terkecuali para eksekutif dan tim marketing.

Selepas Avengers Endgame ternyata Marvel belum mau berhenti begitu saja. Dengan menggandeng channel Disney+ mereka mengembangkan serial dari beberapa tokoh yang muncul di Marvel Cinematic Universe Fase Pertama. Film serial berdurasi 6-7 episode seperti WandaVision, The Falcon & The Winter Soldier, yang sedang hangat diperbincangkan LOKI dan yang akan segera rilis yaitu What If? Masih akan disusul dengan serial Hawkeye dan juga Ms. Marvel menjadi jembatan penghubung antara MCU fase pertama dan fase kedua. Sebuah strategi bisnis yang benar – benar sangat memikirkan keberlanjutan.

Avengers Mansion di Marvel Cinematic Universe
Avengers Mansion di Marvel Cinematic Universe

Kita pun bisa belajar bagaimana mengelola bisnis ala Marvel. Bagaimana caranya? Di bawah ini LEAP Surabaya merangkumnya untuk anda.

Berbisnis Dengan Inspirasi Strategi Marvel Cinematic Universe

Belajar dari Kesalahan dan Jadilah Visioner

Mulanya Marvel tidak memahami hakikat penting dari visi jangka panjang. Pada tahun 1999, Marvel sedang mengalami krisis keuangan. Mereka butuh pendanaan secara cepat. Pada saat itu mereka memprediksi film genre superhero tidak akan terlalu populer dan diminati. Oleh karenanya mereka menjual hak film untuk beberapa karakter populer mereka seperti Spiderman (dijual ke Sony Pictures) dan X-men (dijual ke 20th Century Fox).

Ternyata, prediksi mereka salah. Film seperti X-Men dan Spiderman ternyata mengalami sukses besar. Pada saat itulah Marvel sadar dan belajar dari kesalahan kemudian mengganti strategi. Mereka tahu kalau mereka harus bisa membuat film superhero. Faktor lain yang menyadarkan mereka adalah bagaimana competitor utama mereka yaitu DC Comics berhasil mengembangkan film Batman.

Dari situ kemudian tercetuslah ide untuk membuat waralaba film Avenger yang menjadi pionir film dengan banyak karakter superhero dalam satu film. Menyadari kompetisi semakin sengit, Marvel harus memikirkan cara lain untuk bisa sukses dalam genre film superhero ini. Marvel memilih langkah yang sangat strategis dengan membuat film untuk masing-masing superhero yang saling terhubung membentuk satu plot utama. Inilah yang kemudian dikenal publik sebagai Marvel Cinematic Universe (MCU).

MCU fase pertama sudah selesai bersama film Avengers End Game, namun sejatinya mereka telah menjembataninya ke fase kedua lewat karakter seperti Dr. Strange dan Spiderman. Marvel sendiri bahkan telah menjadwalkan film-film yang akan dirilis hingga tahun 2028.
Dari sini kita belajar pentingnya belajar dari kesalahan memiliki visi jangka panjang. Seperti Marvel, seringkali kita tergoda untuk mengambil jalan pintas untuk memaksimalkan keuntungan jangka pendek semata. Tetapi jika kita memiliki visi jangka panjang maka bisnis kita akan berkembang ke arah kesuksesan yang berkelanjutan.

Strategi Co-branding Untuk Mempopulerkan Karakter Marvel Cinematic Universe

Dalam beberapa film, Marvel memperkenalkan karakter-karakter yang jarang diketahui publik. Karakter superhero ini adalah karakter yang tidak cukup populer jika dibandingikan dengan Iron Man atau Captain America atau bahkan dengan superhero milik DC: Superman atau Batman. Disinilah kecerdikan Marvel dalam menerapkan strategi marketing berjalan.

Marvel mengeluarkan karakter-karakter populer mereka untuk dijadikan film dalam Marvel Cinematic Universe fase pertama. Film seperti Hulk, Iron Man, Captain America, dan Thor dirilis lebih dahulu. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian fans sambil membangun jalan cerita untuk film Avenger. Kesuksesan film-film tersebut membuat Marvel sebagai brand dinilai positif oleh para fans.

Jadi, ketika Marvel mengeluarkan film dengan karakter yang tidak banyak dikenal orang seperti Ant-man atau Dr. Strange, para penonton tetap berbondong-bondong memenuhi bioskop. Poin mengenai co-branding antar karakter yang Marvel lakukan ini bisa juga Anda terapkan dalam bisnis online Anda.

Supaya brand bisnis online Anda semakin dikenal orang, Anda bisa “menempel” pada kepopuleran brand lain lewat kerjasama. Anda bisa mengadakan kegiatan bersama dengan brand lain ini. Dengan begitu, brand Anda akan semakin dikenal orang.

Memancing Rasa Penasaran Penonton Lewat Post-Credit Scene

Satu hal yang menjadi ciri khas dari Marvel adalah adanya credit scene diakhir film. Hal ini tentunya sangat berkebalikan dengan film-film lain. Sebenarnya Marvel bisa saja membuat tulisan “to be continued” atau bersambung seperti halnya tontonan serial yang biasa kita tonton di TV. Tapi, Marvel tidak melakukan itu.

Credit scene dalam film-film Marvel memberikan rasa penasaran tersendiri dalam benak penonton. Credit scene ini juga lah yang membuat penonton tertarik untuk menyaksikan film-film Marvel yang akan datang. Poin ini mengajarkan kepada kita bahwa rasa penasaran adalah hasrat terbesar yang bisa memancing orang untuk melakukan sesuatu.
Dalam bisnis online Anda, Anda bisa terapkan prinsip ini pada copywriting iklan, launching produk baru, atau materi pemasaran yang lain.

Membangun Antusiasme Penonton Secara Bertahap

Seperti yang penulis ulas dalam poin-poin sebelumnya, Marvel bisa saja membuat film Avenger tanpa didahului film-film superhero lainnya. Tetapi langkah ini tidak mereka lakukan. Hal tersebut dilakukan bukan untuk mengambil profit sebanyak-banyaknya, melainkan untuk membangun antusiasime penonton secara bertahap.

Film-film superhero individual seperti Iron Man atau Captain America menceritakan kisah hidup kedua tokoh dalam lingkungannya masing-masing. Dari situ, penonton bisa melihat dan merasakan karakter dari masing-masing tokoh superhero. Ketika superhero-superhero ini disatukan dalam film Avenger, jalan cerita bisa dibangun dengan apik dan penonton menikmati yang mereka saksikan. Inilah yang kemudian disebut sebagai Marvel Cinematic Universe.

Poin ini mengajarkan kita pentingnya membangun antusiasme calon pelanggan secara bertahap. Sebagai pebisnis online, seringkali kita tergoda untuk langsung melakukan penjualan. Padahal kita perlu membangun antusiasme pelanggan terlebih dahulu. Hal tersebut bisa kita mulai dengan membuat konten-konten yang menghibur dan edukatif untuk memperkenalkan brand atau produk yang kita miliki.
Jika anda butuh ilmu lebih dalam mengenai bagaimana mengelola bisnis online, anda dapat mengikuti kelas kursus bisnis online atau kelas khusus digipreneur yang akan membantu mengembangkan diri sebagai seorang pebisnis handal.

Hi! Suka dengan artikel ini? Bantu kami jadi lebih baik dengan memberi rating dan review di sini. Share artikel ini jika informasi yang ada bisa bermanfaat untuk kamu dan orang – orang disekelilingmu ya!

Inspirasi Bisnis dari Marvel Cinematic Universe